Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Madani Bantul - DI Yogyakarta
Pembangunan karakter masyarakat tidak lepas dari pengaruh pendidikan. Dalam proses pendidikan, output yang diharapkan, terutama dalam pendidikan agama islam, mampu mencapai karakter yang sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu akhlak al-karimah. Karena pentingnya membangun karakter masyarakat, sistem pendidikan di Indonesia memiliki salah satu fokus kurikulum yaitu pendidikan karakter. Sebagaimana yang tertera dalam Tujuan Pendidikan Nasional Undang-undangn nomor 13 tahun 2003, pendidikan karakter merupakan aspek dasar dalam sistem pendidikan yang memiliki tujuan untuk membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai-nilai luhur, budaya dan bangsa.
Sebagai proses dari pendidikan karakter, menurut Syaerozy dan lainnya bahwa pendidikan karakter sebagai bentuk penanaman nilai, yang mencakup pemahaman individu tentang nilai-nilai tersebut, cara menjaga dan mengaplikasikannya dalam keseharian. Nilai dalam pendidikan karakter yang disusun dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) memiliki 5 (lima) nilai utama, salah satunya Gotong royong. nilai ini mencerminkan kerja sama, kebersamaan, kepedulian sosial yang penting untuk dikembangkan dalam lingkungan pendidikan.
Dalam pendidikan agama islam, nilai gotong royong mempunyai dasar yang kuat bagi ukhuwah islamiyah, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman didalam Al-Qur’an pada Surat Al-Maidah ayat 2:
وَتَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْبِرِّ وَٱلتَّقْوَىٰ
Dalam ayat tersebut, Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hambaNya untuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.
Rasulallah shalallahu ‘alaihi wassalam juga pernah bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ
Dalam hadistnya, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam menganjurkan untuk saling membantu agar saling menghilangkan kesusahan-kesusahan sesama muslim di dunia sehingga Allah Ta’ala memberikan kemudahan serta menghilangkan kesusahan-kesusahan di hari kiamat.
Nilai gotong royong semakin memudar di kalangan siswa seiring kencangnya arus modernisasi dan globalisasi. Keadaan ini terlihat dari meningkatnya individualisme, menurunnya kepedulian sosial, dan lemahnya keterlibatan siswa dalam kegiatan kelompok di lingkungan sekolah. Menurut Kholis (dalam Supriadi, dkk., 2024) lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab besar atas berjalannya proses pendidikan tersebut, serta kolaborasi dengan stakeholder hingga keberhasilan pendidikan karakter tercapai.
Ketercapaian proses pendidikan juga harus bersinergi antar unsur-unsur pendidikan, salah satu unsur tersebut adalah kurikulum. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memfasilitasi proses pendidikan sering kali hanya menerapkan kurikulum formal yang disediakan pemerintah. Sehingga, sebagaimana yang diungkapkan Putri Yolanda (dalam Rohmad, 2021) sekolah tidak akan mampu memaksimalkan ketercapaian nilai dari sebuah proses pendidikan karakter jika hanya bergantung pada kurikulum formal, maka perlu melakukan pendekatan alternatif melalui hidden curriculum.
Sebagai lembaga pendidikan yang berbasis pondok pesantren, Madrasah Aliyah Islamic Centre Bin Baz Yogyakarta telah menjalankan kurikulum formal dan tetap menjalankan kegiatan nilai-nilai pesantren dengan sinergi. Nilai-nilai pesantren tersebut antara lain adalah ‘amal jama’i atau kerja bakti yang diadakan rutin setiap hari dan terjadwal untuk kelas 11 dan 12. Kegiatan tersebut bisa dikatakan menjadi bagian dari kurikulum sekolah sebagai bentuk dari hidden curriculum.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Implementasi Hidden Curriculum melalui Kerja Bakti untuk Membangun Karakter Gotong Royong Siswa di MA Islamic Centre Bin Baz”.
Jl. Karang Gayam, Sitimulyo, Kec. Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55792
©2019. Prodi PAI STIT Madani. All Rights Reserved.
Jl. Karang Gayam, Sitimulyo, Kec. Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55792
©2019. Prodi PAI STIT Madani. All Rights Reserved.